Beranda | Artikel
Seorang Muslim Dianjurkan Mendoakan Saudaranya Yang Hendak Safar
Selasa, 21 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Seorang Muslim Dianjurkan Mendoakan Saudaranya Yang Hendak Safar adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 30 Dzulqa’idah 1441 H / 21 Jul 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Seorang Muslim Dianjurkan Mendoakan Saudaranya Yang Hendak Safar

Berkata Imam An-Nawawi Rahimahullah, dari ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata, “Pernah aku meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk pergi melaksanakan umroh. Lalu beliau mengizinkan aku untuk berangkat umroh, dan beliau berpesan:

اَ تَنْسَنَا يَا أَخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ

“Jangan engkau doakan kami wahai saudaraku dalam doamu.”

Lalu kata ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan satu kalimat secara tersembunyi kepadaku yang mana kalimat itu seandainya aku miliki maka itu lebih baik daripada dunia.”

Dalam satu riwayat yang lain beliau berpesan kepada ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu:

أَشْرِكْنَا يَا أخَيَّ في دُعَائِكَ

“Sertakanlah kami dalam doamu wahai saudaraku.” (HR. Imam Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hadits ini dikatakan oleh Imam At-Tirmidzi sebagai hadits yang hasan, meskipun ada sebagian ulama yang meneliti hadits ini mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang dhaif.

Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang dianjurkannya seseorang untuk meminta izin, untuk pamitan kepada seorang pemimpin ketika dia akan bepergian. Sebagaimana kita melihat di sini apa yang dikisahkan oleh ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu, beliau meminta izin. Itulah diantara perangai sahabat Rasulullah Radhiyallahu ‘Anhum terhadap beliau sebagai pemimpin mereka, sebagai imam mereka didalam perjalanan-perjalanan mereka. Mereka selalu meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Hadits ini juga menjelaskan kepada kita tentang doa. Seorang muslim saudara bagi muslim yang lainnya.

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ

“Seorang muslim saudara bagi muslim yang lainnya.”

Maka mereka saling mendoakan. Kadang-kadang kita mendoakan seseorang ketika bertemu dengan orang itu, tetapi lebih utama dari itu adalah ketika kita sendirian, dalam sujud kita, dalam doa-doa kita, apabila kita sertakan mendoakan mereka, ini jauh lebih afdhal. Sebab ketika seseorang mendoakan orang lain di depannya, itu bisa saja riya’, supaya dipuji, supaya disanjung, atau ada kemaslahatan yang lainnya ketika seorang mendoakan saudaranya di depan saudaranya. Tetapi ketika dia mendoakan saudaranya sendirian, tidak ada yang melihat kecuali Allah Ta’ala, tiada yang mendengarkannya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ini tentu lebih menjadikan keikhlasan doa tersebut untuk saudaranya.

Karena kebanyakan manusia dalam perbuatan,  ucapan dan interaksinya di dunia ini adalah karena kemaslahatan. Kita mengakui atau kita tidak mengakui, kita merasa atau kita tidak merasa, pada hampir semua interaksi kita dengan siapapun ada kepentingan. Makanya keikhlasan adalah sesuatu hal yang luar biasa sulitnya. Jangan dikira ikhlas adalah sesuatu yang gampang dan mudah, keikhlasan itu berat. Apabila kita mencermati setiap perkataan kita atau perbuatan kita atau muamalah kita dengan manusia, hampir tidak ada yang luput dari kemaslahatan, ada satu maslahat yang diinginkan dari ucapana itu, hanya sedikit orang-orang yang ikhlas di dalam dia berinteraksi, dalam dia bersahabat. Makanya Allah Ta’ala memuji, Allah Ta’ala menyayangi, Allah Ta’ala mencintai orang yang betul-betul bersahabat karena Allah, berteman karena Allah, nilainya beda.

Yang tidak punya kepentingan ketika dia memberikan kepada hamba-hambaNya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah ‘Azza wa Jalla yang mana semua nikmat dariNya, semua pemberian yang ada pada kita ini, yaitu nikmat-nikmat Allah yang terbesar dan terkecil yang Allah anugerahkan kepada kita, Allah tidak mempunyai maslahat dan kepentingan sama sekali ketika Allah menganugerahkan kepada hamba-hambaNya. Tapi justru perintah dan larangan Allah, semua kembali kepada diri hamba tersebut.

Oleh karena itu cobalah kita selalu renungkan, apa yang akan kita ucapkan, apa yang akan kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, sudah benarkah karena Allah Ta’ala? Dan kita harus berupaya agar kita ikhlas di dalam semua amal perbuatan kita, termasuk dalam kita bersahabat, dalam kita bermuamalah dengan saudara-saudara kita sesama kaum muslimin. Sehingga dengan demikian memiliki nilai yang lebih diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jadi intinya bahwa seorang muslim dianjurkan mendoakan saudaranya. Oleh karena itu dalam Al-Qur’anul Karim Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٠﴾

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka berdoa: ‘Wahai Rabb kami, ampunilah akan dosa-dosa kami dan ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami hasad/dengki dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’“. (QS. Al-Hasyr[59]: 10)

Orang yang hasad tidak akan bahagia, maka seorang mukmin harus berupaya bagaimana dia hilangkan hasad dan dengki dalam dirinya. Karena hasad adalah salah satu sifat iblis. Iblis dimurkai oleh Allah Ta’ala karena dua hal:

Pertama, karena keangkuhan, dia sombong terhadap Adam ‘Alaihis Salam, dia mengatrakan:

أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ

Ya Allah bagaimana Engkau suruh aku untuk sujud kepada Adam, padahal aku lebih baik dari dia.” (QS. Al-A’raf[7]: 12)

Keangkuhan ini mencegah iblis dari taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kedua, karena hasad, karena dengki, dia iri kepada Adam. Maka kalau seseorang memiliki sifat ini –na’udzubillahi min dzalik– ini sangat berbahaya.

Seorang muslim harus bisa melawan hawa nafsunya dan dia berupaya untuk menyembuhkan -dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala- penyakit hati ini.

Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang“, maka kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat pengasihNya dan penyayangNya agar Dia bersihkan hati kita dari hasad itu. Ini adalah penyakit yang berbahaya yang harus dilawan, jangan mengikuti bisikan-bisikan setan.

Jadi doa seorang muslim untuk saudaranya itu dianjurkan. Karena seorang muslim bersaudara dengan muslim yang lainnya, maka mereka saling mendoakan satu dengan yang lainnya.

Kemudian hadits yang berikutnya:

Berkata Imam An-Nawawi Rahimahullah, dari Salim putra ‘Abdullah (bin ‘Umar), dia berkata bahwasannya ayahnya (yaitu ‘Abdullah bin ‘Umar) mengucapkan kepada seseorang jika orang itu akan bepergian: “Mendekatlah kepadaku sehingga aku lepaskan engkau sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dahulu melepaskan kami ketika akan bepergian” Lalu ‘Abdullah bin ‘Umar mengucapkan doanya:

أَسْتَوْدعُ اللَّه دِينَكَ، وَأَمانَتَكَ، وخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ

“Aku titipkan kepada Allah agamamu (imanmu, tauhidmu, aqidahmu). Dan aku titipkan kepada Allah amanahmu. Dan aku titipkan kepada Allah akhir dari perbuatanmu.” (HR. Tirmidzi)

Hadits ini adalah hadits yang shahih sebagaimana dikatakan oleh para ulama yang meneliti hadits ini.

Ini adalah diantara adab-adab ketika seseorang akan bepergian. Orang yang ada di tempat itu, ketika ada seseorang yang pamit akan pergi dalam satu perjalanan, tentunya perjalanan yang diperbolehkan untuk meng-qashar shalat dan menjama’ shalat, bukan perjalanan yang dekat. Jika seorang ke pasar tidak perlu didoakan seperti ini. Tetapi perjalanan yang dimaksud di sini adalah safar yang dia diizinkan untuk meng-qasharkan dan menjama’kan shalatnya.

Ketika seseorang akan bepergian, kita sebagai orang yang tinggal itu mengatakan kepada orang yang akan bepergian.

أَسْتَوْدعُ اللَّه دِينَكَ

“Aku titipkan kepada Allah agamamu”

Allah adalah Dzat yang Maha Mengawasi hamba-hambaNya. Dan hal terpenting yang harus dijaga oleh seseorang adalah agamanya, aqidahnya, ini yang termahal dalam diri kita. Seandainya semua hilang dari kita dari nikmat-nikmat dunia ini dan kita tetap mempunya aqidah yang benar, maka itu adalah lebih baik daripada seseorang memiliki segalanya di dunia ini tapi dia tidak mempunyai aqidah, dia tidak mempunyai din, na’udzubillahi min dzalik.

Oleh karena itu yang pertama dititipkan adalah agar kita dijaga oleh Allah, dilindungi oleh Allah, yaitu agama, aqidah, termasuk ibadah seseroang. Hal ini karena di dalam perjalanan ada kecenderungan seseorang lupa dan lalai. Tidak sedikit (walaupun tidak semua) di antara kaum muslimin -dalam perjalanan mereka- yang meninggalkan shalat ketika mereka safar. Disaat misalnya bis instirahat di suatu tempat peristirahatan, di sana ada mushala, kalau dihitung orang yang menuju mushala itu hanya sedikit dibandingkan orang yang meninggalkan shalat. Ini adalah hal-hal yang kita saksisakan dalam perjalanan-perjalanan kita.

Oleh karena itu ketika orang hendak bepergian, maka yang didoakan yaitu kita menitipkan kepada Allah Ta’ala orang ini akan agamanaya. Agar dia tetap taat kepada Allah, agar dia tetap melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah Ta’ala, kemudian kita titipkan dia akan amanah yang dimilikinya, amanah yang dibawakannya, amanah yang akan disampaikannya, semoga juga dilindungi, dijaga, dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Download mp3 yang lain tentang Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin di sini.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48765-seorang-muslim-dianjurkan-mendoakan-saudaranya-yang-hendak-safar/